Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.Demi waktu,Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.( QS. Al-Ashr )

Senin, 25 April 2011

Kuda Putih

0 komentar

Ada seorang petani miskin memiliki seekor kuda putih yg sangat cantik dan gagah.

Suatu hari, seorg saudagar kaya ingin membeli kuda itu & menawarkan harga yg sangat tinggi. Sayang si petani miskin itu tidak menjualnya. Teman-temannya menyayangkan & mengejek dia karna tdk menjual kudanya itu.

Keesokan hari nya, kuda itu hilang dr kandangnya. Maka teman-teman nya berkata : sungguh jelek nasibmu, padahal klo kemarin di jual kamu kaya, skrg kudamu sdh hilang. Si petani miskin hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, kuda si petani kembali bersama 5 ekor kuda lainnya. Lalu teman-teman nya berkata : wah beruntung sekali nasibmu, ternyata kudamu membawa keberuntungan. Si petani hanya diam saja.

Beberapa hari kemudian, anak si petani yg sedang melatih kuda-kuda baru mereka terjatuh dan kakinya patah. teman-teman nya berkata : rupanya kuda-kuda itu membawa sial, lihat skrg anakmu kakinya patah. Si petani tetap diam tanpa komentar.

Seminggu kemudian terjadi peperangan di wilayah itu, semua anak muda di desa dipaksa utk berperang, kecuali si anak petani karna tdk bisa berjalan. teman-teman nya mendatangi si petani sambil menangis : beruntung sekali nasibmu karna anakmu tdk ikut berperang, kami hrs kehilangan anak-anak kami.

Si petani kemudian berkomentar : Janganlah terlalu cepat membuat kesimpulan dgn mengatakan nasib baik atau jelek, semuanya adalah suatu rangkaian proses. Syukuri & terima keadaan yg terjadi saat ini, apa yg kelihatan baik hari ini belum tentu baik utk hari esok. Apa yg buruk hari ini belum tentu buruk utk hari esok.

Tetapi yg PASTI : Tuhan paling tahu yg terbaik buat kita.. Bagian kita adalah : "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan di dalam hidup kita

Minggu, 24 April 2011

Rihlah.. Go to Satria Mandala

1 komentar




Alhamdulillah.. Pada Sabtu,23 April 2011, Ikhwan Rohis Kelas X Rihlah ke Museum Satria Mandala yang lumayan Jauh dari 37. Walaupun begitu, namun rasa lelah hilang seketika sesampainya kami disana. Karena dapat refreshing dan berfoto ria. (narsisdikit.com)

Ada hikmah yang dapat kita ambil dari rihlah kali ini :
1. Butuhnya Perjuangan Keras untuk Menggapai Cita-Cita
(layaknya Bangsa Indonesia, berjuang keras untuk menghentikan penjajahan dan menegakan kemerdekaan)
2. Tidak Instan
(Ingin Sukses, Tak ada yang INSTAN. Semua butuh proses. Layaknya pelajar untuk menjadi Rangking 1, harus Belajar)
3. Rubah Sikap
("Allah tak Akan merubah suatu kaum, hingga mereka berusaha untuk merubahnya")
4. Syukuri Nikmat dan Rasa Peduli
(Selayaknya, kita patut untuk mensyukuri nikmat KEMERDEKAAN yang telah Allah berikan. Jangan sampai ini disia-siakan. Coba lihat, bagaimana kondisi negara yg dijajah? Menyedihkan, Menyakitkan, Memprihatinkan. Bayangkan PALESTIN sampai sekaran terjajah. Mereka menangis menyerumu. Kapankan umat Islam kan bersatu?)

ROHIS : Tetap Eksis Walau Badai Akademis Melanda

0 komentar
Nampaknya para pengelola dakwah sekolah sangat perlu mencermati masalah yang satu ini. Penulis teringat ketika, beberapa tahun silam pernah terlibat dalam sebuah kegiatan dakwah sekolah bertajuk“Dahulukan Dakwah, Utamakan Sekolah!”, sebuah tema yang sangat familiar dikalangan ADS karena terlalu seringnya kita dawamkan kepada para ADS agar senantiasa menjaga keseimbangan antara aktivitas dakwah dengan tanggungjawab akademis mereka di sekolah. Memang, fenomena klasik berbenturannya aktifitas dakwah dengan tuntutan akademik sudah sejak lama dialami oleh para ADS, bahkan bukan hanya terjadi dalam lingkup dakwah sekolah saja melainkan juga lazim terjadi dalam lingkup dakwah kampus. Ibarat sedang mengarungi lautan, kita anggap saja fenomena ini sebagai sebuah badai yang mau tidak mau harus kita hadapi sebagai sebuah resiko kita dalam mengarungi lautan bernama dakwah sekolah.


Biasanya, fenomena ini akan muncul setiap kali mendekati masa ujian semester, kenaikan kelas dan semakin menjadi dilema bagi ADS tingkat 3 [Kelas XII] yang akan segera berhadapan dengan ujian nasional. Layaknya badai, dampaknya pun begitu nyata terlihat dengan berkurangnya intensitas keaktifan para ADS dari kancah kegiatan dakwah sekolah [Rohis]. Perlahan tapi pasti, berangsur mereka beralih konsentrasi dari mengurusi Rohis ke urusan akademik, karena mereka akan berhadapan dengan ujian akademis dimana harapan besar orangtua agar anaknya meraih prestasi terbaik yang menjadi taruhannya.

Layaknya badai pula, biasanya fenomena ini pun akan segera berlalu seiring dengan berakhirnya momentum ujian-ujian tersebut. Para ADS akan bergairah kembali menghidupkan agenda Rohis hingga kemudian aktifitas dakwah pun perlahan akan kembali membaik seperti sediakala.

Namun, beberapa tahun belakangan nampaknya badai akademis yang menerpa para ADS terlalu besar, hingga begitu sulit menata kembali semangat untuk bangkit menggiatkan agenda-agenda dakwah kembali. Bahkan, Rohis dibeberapa sekolah kini telah benar-benar hilang tersapu badai akademis menyusul para ADS-nya yang telah lebih dulu tenggelam ditelan badai yang sama. Mari kita cermati betapa besar pengaruhnya badai akademis tersebut.

Badai akademis ini dimulai sekitar enam tahun silam ketika pemerintah [Depdiknas, saat itu] memperkenalkan sebuah sistem Ujian Nasional dengan disertai standar nilai tertentu sebagai penentu kelulusan seorang siswa. Terlepas dari segala nilai positif yang coba diwujudkan oleh pemerintah melalui sistem ini, kenyataannya sistem ini menuai banyak reaksi kontra dikalangan masyarakat. Mulai dari banyaknya penyelewengan dalam pelaksanaannya hingga masalah penerapan sistem yang sulit dilakukan secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Alih-alih meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini, justru semakin memperkeruh sistem yang ada. Hingga akhirnya muncullah wacana peniadaan UN yang sempat memanas beberapa waktu lalu, kekisruhan ini untuk sementara berakhir dengan keluarnya peraturan terbaru Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 45 tahun 2010 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Pada tingkat SLTP dan SLTA Tahun Pelajaran 2010/2011 yang menyatakan bahwa UN bukan satu-satunya penentu kelulusan siswa.

Bagaimanapun akhir dari kekisruhan sistem pendidikan tersebut, yang jelas kekisruhan selama lima tahun belakangan ini berdampak sangat signifikan terhadap keberlangsungan dakwah di sekolah. Dengan berlarut-larutnya masalah tersebut telah cukup membuat Dakwah Sekolah kita kalang kabut.Disadari atau tidak, bertambahnya beban akademis yang diberikan kepada pelajar menjadi salahsatu menurunnya performa dakwah sekolah kita beberapa tahun belakangan ini.

Dengan dalih mengejar standar nasional tersebut, mulailah beberapa sekolah menambahkan beban akademis bagi siswanya dengan beragam program yang tentunya membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih dari para siswa. Bahkan, di banyak sekolah kini jam sekolah diperketat pengawasannya. Pernah seorang rekan mengalami tindakan “pengusiran” saat melaksnakan mentoring rutin selepas jam pulang sekolah, padahal sebelumnya kegiatan mentoring merupakan kegiatan yang telah sangat lumrah dilakukan di sekolah tersebut, dengan alasan sterilisasi lingkungan sekolah agar para siswa cepat pulang ke rumah dan punya waktu lebih banyak untuk belajar. Kejadian ini ternyata juga dialami oleh beberapa rekan pengelola dakwah di sekolah yang lain, kadang hari Sabtu yang memang di beberapa sekolah telah disepakati sebagai hari kegiatan ekstrakurikuler pun siswa masih dijejali dengan bergam kegiatan akademis tambahan. Kalaupun berjalan, kegiatan ekstrakurikuler biasanya dibatasi hanya sampai pukul 12.00 siang, lagi-lagi dengan alasan peningkatan waktu belajar.

Selain kebijakan pihak sekolah yang semakin over protective, ternyata badai ini juga menyebabkan pola pikir dari para siswa [objek dakwah sekolah] itu sendiri kini berubah menjadi semakin study oriented, termasuk para ADS juga tak luput terkena imbasnya. Objek dakwah yang terlalu study oriented akan menyulitkan kita dalam melakukan rekrutmen-rekrutmen dakwah, karena rasa-rasanya produk dakwah yang kita tawarkan tak mampu mengalihkan perhatian mereka dari beban akademis yang mereka hadapi. Sedangkan, ADS yang terlalu study oriented, akan membuat agenda-agenda dakwah terbengkalai. Namun, kurang bijak pula jika kita memaksa para ADS untuk berkonsentrasi penuh mengurusi dakwah sekolah sementara tanggungjawab akademis hari demi hari semakin berat dibebankan kepada mereka.

Hingga kini, badai akademis terus melanda kita, dan nampaknya belum juga akan mereda. Saudaraku, bagaimanakah kiat terbaik agar Rohis tetap eksis ditengah badai akademis??

Islamedia-

Senin, 18 April 2011

Seberapa kaya Umar bin Khattab

0 komentar

Selama ini, kita hanya mengetahui bahwa hanya ada dua sahabat Rasul yang benar-benar sangat kaya, yaitu Abdurrahman bin Auf dan Ustman bin Affan. Namun sebenarnya, sejarah juga sedikit banyak seperti “mengabaikan” kekayaan yang dipunyai oleh sahabat-sahabat yang lain.

Ingat perkataan Umar bin Khattab bahwa ia tak pernah bisa mengalahkan amal sholeh Abu Bakar? Itu artinya, siapapun tak bisa menandingi jumlah sedekah dan infaqnya Abu Bakar As-Shiddiq.

Lantas, bagaimana dengan kekayaan Umar bin Khattab sendiri? Khalifah setelah Abu Bakar itu dikenal sangat sederhana. Tidur siangnya beralaskan tikar dan batu bata di bawah pohon kurma, dan ia hampir tak pernah makan kenyang, menjaga perasaan rakyatnya. Padahal, Umar adalah seorang yang juga sangat kaya.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70.000 ladang, yang rata-rata harga ladangnya sebesar Rp 160 juta—perkiraan konversi ke dalam rupiah. Itu berarti, Umar meninggalkan warisan sebanyak Rp 11,2 Triliun. Setiap tahun, rata-rata ladang pertanian saat itu menghasilkan Rp 40 juta, berarti Umar mendapatkan penghasilan Rp 2,8 Triliun setiap tahun, atau 233 Miliar sebulan.

Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Namun begitulah Umar. Ia tetap saja sangat berhati-hati. Harta kekayaannya pun ia pergunakan untuk kepentingan dakwah dan umat. Tak sedikit pun Umar menyombongkan diri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang mewah dan berlebihan.

Menjelang akhir kepemimpinan Umar, Ustman bin Affan pernah mengatakan, “Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak.” Subhanallah! Semoga kita bisa meneladani Umar bin Khattab.

PANDANGAN MATA

Pandangan Mata Selalu Menipu
Pandangan Akal Selalu Tersalah
Pandang Nafsu Selalu Melulu
Pandang Hati Itu Yang Hakiki
Kalau Hati Itu Bersih

Hati Kalau Terlalu Bersih
Pikirannya Akan Menembus Hijab
Hati Jika Sudah Bersih
Firasatnya Tepat Karena Allah
Tapi Hati Bila Dikotori
Bisikannya Bukan Lagi Kebenaran

Hati Tempat Jatuhnya Pandangan Allah
Jasad Lahir Tumpuan Manusia

Utamakanlah Pandangan Allah
Daripada Pandangan Manusia