Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.Demi waktu,Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.( QS. Al-Ashr )

Jumat, 31 Desember 2010

Di Balik Perayaan Tahun Baru Masehi

0 komentar

Sreet....! Satu lembar lagi kalender sobek yang mangkal di atas meja kerja kudu menghuni tempat sampah. Phew....sobat, nggak kerasa ya, dalam hitungan hari, sebentar lagi kita akan memasuki tanggal keramat di awal tahun. 1 Januari bow! Tanggal yang memaksa kita mencampakkan kalender lama yang lecek bin dekil of the kumel dengan semua kenangan yang tersimpan di setiap tanggalnya. Posisinya kudu digantikan oleh almanak baru yang siap merekam setiap peristiwa dalam keseharian kita. Ibarat pepatah, �Habis tanggal, kalender dipenggal� Kejam nggak sih?

Nggak cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu diwarnai berbagai tradisi. Di stasiun tv, ada tayangan kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang akan ditinggalkan. Dukun dan paranormal banyak disantroni untuk dapetin ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap me- launching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun mendatang.

Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan (jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya nggak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan kalender gratisan. Dari tukang bakso sampe supir angkot, sempet-sempetnya pake ditagihin kalender. Malahan, yang biasanya beli kopi Liong Bulan sebungkus di warung depan rumah, bela-belain pergi ke toko kopi di pasar biar dapet kalender. Jalan kaki lagi. Idih, ini sih tipe remaja hemat setiap saat. Watau!

Tapi semuanya kalah prestise dibanding tradisi perayaan tahun baru. Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh! Buat remaja, terasa garing binti kering-kerontang kalo malam tahun baru kagak pake acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil bakar petasan dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang, plus ngedarin �kotak infak' dari gelas plastik (ini konvoi ama ngamen seh?)

Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis, games, semuanya digelar hingga larut malam. Puncak kemeriahan terjadi pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru) Lima... empat... tiga... dua... satu... toooeet!!!

Tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar.



Tradisi Perayaan Tahun Baru Masehi

Sobat muda muslim, ternyata perayaan tahun baru nggak cuma sebatas merengkuh kebersamaan aja lho. Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap DEWA. Nah lho!

Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja. Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara si �Toloy Bocah Sakti� Ronaldo.

Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).

Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year's Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Masa' sih? Ah...namanya juga takhayul!



Sejarah Tahun Masehi

Sobat muda muslim, di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk ngerayain tahun baru, kita justru sedih. Sedih karena banyak di antara kita, khususnya remaja mulim, nggak ngeh kalo perayaan tahun baru merupakan bagian dari hari suci umat Kristen. Seperti yang tercantum dalam pernyataan dari kedubes AS perihal sejarah dan perayaan tahun baru.

Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi. Gitchu ceritanya!

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tanggal 1 Januari dirayakan sebagai hari tahun baru. Tepatnya tanggal 1 Januari tahun 45 Sebelum Masehi (SM). Tak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, dia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ke-7 SM.�Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, ahli astronomi dari Aleksandria, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir. ( www.irib.ir )

Sementara kalender sekarang yang banyak dicari di akhir tahun adalah Kalender Gregorian atau kalender Masehi. Kalender ini yang dinobatkan sebagai standard penghitungan hari internasional. Pada mulanya kalender ini dipakai untuk menentukan jadual kebaktian gereja-gereja Katolik dan Protestan. Termasuk untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia.




Hindari Tasyabuh...

Sobat muda muslim, sekarang kita tahu dong kalo perayaan pergantian tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang kafir. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, populer, tren, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Hati-hati ya...



Sialnya, banyak dari kita yang nggak menyadari serangan budaya ini. Terlena oleh acara malam tahun baru yang dikemas secara apik dan menarik. Rasul dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain. Rasulullah saw. bersabda: �Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka.� (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani)



Dalam hadits lain diceritakan: ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah saw. untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi saw. menanyakan kepadanya (yang artinya): �Apakah di sana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah?� Dia menjawab, �Tidak�. Beliau bertanya, �Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?� Dia menjawab, �Tidak�. Maka Nabi bersabda, � Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam� [Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim]

Hadits di atas mengajarkan kita untuk menghindari syiar dan ibadah orang kafir baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Meski itu dalam rangka beribadah kepada Allah. Sebab hal itu sama aja turut menghidupkan syi'ar-syi'ar mereka.

Sobat, semoga dalil di atas cukup mampu mengerem keinginan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain. Kecuali kalo kita mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam. Tahu dong, konsekuensinya kalo Allah menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang kafir. Kita bakal kekal �nginep' di neraka. Iih, nggak lah yauw..!



Trus Gimana Dong?

Pertama , kita nggak perlu malu bin segan untuk menolak ajakan sohib untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di hadapan temen-temen boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena �beda'. Tapi di hadapan Allah, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga. Amiin.

Kedua , kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan tauladan kita, Nabi saw. Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.



Rasulullah saw. bersabda: �Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.� (HR. Ahmad)

Sobat muda muslim, kesempatan yang Allah berikan nggak akan datang dua kali. Waktu yang telah kita lewati nggak akan bisa diputar ulang. Tapi akan terus ngotot lari dan pergi.

Kita perlu sadari bahwa kita nggak akan selamanya muda. Jika usia kita panjang, mau nggak mau, waktu bakal nganterin kita memasuki kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura bin pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan, pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah. Walah!



Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi.



Karena itu, mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah Swt. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah Swt. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak. Terakhir, kita semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah saw., para shahabat, tabi'in, tabi'ut tabi'in, dan para mujahid di medan perang untuk mengembalikan izzah Islam wal Muslimin . Allahu akbar!

Selasa, 21 Desember 2010

MASJID Al-Amin Akhirnya Pada Tahap HAMPIR Selesai

0 komentar
Assalamu'alaikum...

Alhamdulillah.. Pembangunan Masjid SMAN 37 (Al-Amin) sudah dalam proses akhir. Kini sudah dapat dipakai 2 lantai.
Lantai 1 untuk perempuan(akhwat), dan lantai 2 untuk laki-laki(ikhwan)

Dengan ini, insya Allah kegiatan rohis akan kembali dipulihkan setelah sekian lama agak kendor dan agak kurang bergerak.

Untuk tahap selanjutnya, masjid akan dibelikan jendela, sound system, mimbar, karpet, peralatan lainnya yang dibutuhkan lagi.

Alhamdulillah, Pemasangan KACA Alhamdulillah sudah dipasang. So, kita sudah tidak terkena hujan lagi jika sedang sholat berjamaah. Tapi masih kurang Kipas Angin, jadi sedikit agak panas.

berikut dokumentasinya:
Tampak Depan
Lampu Masjid (sebelah atas seperti lingkaran emas)

Pengecetan Langit-Langit


Ruang untuk Menaruh Barang-Barang
Tempat Wudhu Perempuan (akhwat)

SWITER (Study Wisata Islam Terpadu)

0 komentar

Yuks Bergabung...!
SWITER (Study Wisata Islam Terpadu)
"fun islamic holiday for the better life"

ISI LIBURAN DENGAN YANG SERU-SERU ABIS dan BERMANFAAT...
Apa Aja Sih Acaranya :
- Motivasi
- Games
- Jalan-Jalan
- Hiking
- Waterfall Adventure
- Malam Sejuta Aksi
- Futsal
- Makan-Makan
- ISHOMA
- Mentoring
- etc.

Selasa - Rabu, 28 -29 Desember 2010
Kumpul di SMAN 37 Jakarta
Pukul 12.00
Bawa Makan Siang Sendiri

JUST FOR SISWA/SISWI SMAN 37 Jakarta
Kelas X, XI..

TERBATAS
50 Peserta PENDAFTAR Pertama


Lokasi : SMAN 37 dan CURUG SERIBU
INFAQ Doang Loh.. Cuma 20Ribu

Fasilitas:
Makanan (3x), Mobil Tronton, Kamar Tidur Jama'ah, Masjid, dll

*untuk info lebih lanjut Hubungi:

Laki-laki (Ikhwan) : Dani 085693525964
Perempuan (Akhwat) : Isma 083870318212

JGN LUPA BAWA MAKAN SIANG SENDIRI

Jumat, 03 Desember 2010

Wanita dan Hipnotis

1 komentar

“Tolong bunda, saya berada di daerah yang tidak saya kenal,” demikian rintih seorang gadis yang dikenal sebagai guru ngaji anak Bu Mirna dari balik pesawat telepon, meminta pertolongan. Dengan gugup bu Mirna segera mengajak supir dan menjemput seorang ustadzah untuk mencari keberadaan gadis berjilbab yang memang diketahui memiliki jiwa yang lemah. Hal ini terbukti bahwa dia selalu pasrah walaupun bu Mirna lupa memberi gaji setelah mengajar mengaji anaknya, namun dengan tekun dan pasrah dia terus mengajar.
Contoh lain, ketika salah seorang anak bu Mirna membiarkan dia menunggu berjam-jam diruang tamu, sementara anak didiknya itu menonton film kartun dari kisah Alvatar sampai Power Rangers terus-menerus tanpa mempedulikan keberadaan dia yang sudah datang ke rumah. Selain itu, gadis bertudung kecil itu hanya diam dan pasrah diruang tamu, belakangan gadis bertudung kecil itu yang dikenal dengan nama Amirah itu, menelpon Bu Mirna dengan teruhuk-uhuk.
Setelah menyusuri daerah perumahan yang dimaksud, akhirnya bu Mirna menjumpai Amirah yang terduduk lemas di bawah pohon dekat warung kopi yang berhampiran dengan sebuah bangunan sekolah negeri.
Singkat cerita Amirah mengaku bahwa hari itu dia sedang tidak sholat alias sedang datang bulan, dan ketika melamun memikirkan ibunya yang sedang sakit keras, dia merasa bahunya ditepuk pemuda yang tidak dikenal. Ketika dia tidak juga memandang ke arah sang pemuda, maka sang pemuda kembali menepuk bahunya dengan keras sambil menanyakan alamat sebuah jalan dan tepukan kerasnya yang membuat Amirah terpaksa menengok dan memandang wajah pemuda yang tidak dikenal itu dengan senyumnya yang ramah.
“Saya ingat bu, matanya berwarna hitam kelam dan senyumnya begitu menyihir sehingga sejenak saya terlupa dengan pikiran saya dan ibu saya. Lalu saya juga nurut saja ketika diajaknya masuk ke dalam bangunan di belakang sekolah negeri itu”, isak Amirah sambil menunjuk ke arah belakang bangunan sekolah negeri.
“Alhamdulillah, ada sekelompok anak sekolah yang beramai-ramai pulang dan masuk ke pekarangan rumah kosong tersebut untuk mengambil layang-layang besar yang tersangkut di pohon mangga rumah kosong tersebut”, lanjut Aminah. Di dalam rumah itu menurut Amirah, ia sedang dirayu oleh sang pemuda untuk membuka bajunya, dan sebelum aksinya itu sempat terjadi maka suara adzan yang bergaung keras membuat Amirah terjaga. Seketika itu sorak-sorai suara anak-anak kampung di pekarangan rumah kosong itu menyentak Amirah bahwa dia ada dalam keadaan yang tidak senonoh bersama seorang pemuda yang masih asyik merayunya.
Dengan refleksnya, Amirah segera menjerit dan jeritannya cukup membuat anak-anak sekolah berlari keluar meminta pertolongan karena mendengar jeritan di rumah itu yang sudah lama kosong. Selain itu beberapa bapak tua yang memang akan melakukan sholat dzuhur berjamaah segera berlari masuk ke pekarangan. Jeritan yang ditahan dengan bekapan tangan serta suara ribut dalam rumah yang sudah lama kosong, membuat sholat berjamaah di surau Al Hidayah menjadi sedikit terlambat. Alhamdulillah, mungkin dengan kepasrahan Amirah dan niatnya untuk sungguh-sungguh mengajar mengaji anak Bu Mirna, menjadikannya wasilah dari perbuatan kotor pemuda yang berniat merayunya dengan bantuan hipnotis.
Wahai para gadis, sungguh kisah diatas kerap terjadi di lingkungan sekitar kita, tapi saya ingin mengemukakan bahwa kisah ini sebagai bahan pelajaran bagi kaum muslimah ketika di jalan, baik dalam perjalanan pergi kerja, pergi sekolah atau kemanapun kalian bepergiann. Jangan lupa untuk membaca ta’awudz dan juga doa keluar rumah dengan khusyu, bukan asal nempel di lidah namun pikiran kemana-mana dan sepanjang jalan diharapkan selalu berdzikir.
فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ ﴿٤٥﴾
"... maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."[QS. Al-Anfaal (8) : 45]
Jika kita memikirkan permasalahan hidup, sebaiknya disaat sudah sampai di rumah saja, jangan di jalan, karena ketika kita melamun dan sedang tidak berdzikir, maka sihir dan hipnotis mudah masuk kedalam diri kita.
Selain itu saran saya, sebagai seorang ibu yang memiliki beberapa anak gadis, marilah kita bertilwah secara rutin, paling tidak ketika sudah aqil balikh, setengah juz sehari. Bila sudah diatas 17 tahun, bacalah Al Quran minimal 1 juz sehari dan basahi lisan dan hati kita dengan dzikir. Kita juga sebaiknya rutin membaca doa, yang biasanya bacaan-bacaan surat dapat kita dapatkan dari buku doa yang kecil, bisa kita dapatkan di toko buku manapun.
Usahakan yaa, karena tidak ada yang bisa menolong kita dari kekuatan jahat yang halus bila bukan dari diri kita sendiri yang selalu beramal dan berdzikir.
Pesan lain: Jangan berjalan sendirian keluar rumah, ajaklah kawan, jangan mau atau tersenyum jika disapa orang tak dikenal, jangan berpakaian yang membentuk lekukan tubuh serta jangan gunakan minyak wangi berlebihan.
Hal-hal diatas akan membuat orang yang tidak berniat jahat pun akan berpikiran jahat kepada kita. Naudzubilahi min dzalika.

Tidak Takut Miskin Karena Memberi

1 komentar

“Apakah kemiskinan itu, bu? Teman-temanku di taman mengatakan kita miskin. Benarkah itu, wahai ibuku?” tanya seorang anak.

”Tidak, kita tidak miskin, anakku,” jawab ibunya.

”Apakah kemiskinan itu?” iman, sang anak, bertanya lagi.

”Miskin bererti tidak mempunyai sesuatu apapun untuk diberikan kepada orang lain.” iman agak terkejut.

”Oh? Tapi kita memerlukan semua barang yang kita punya, apa yang dapat kita berikan?” katanya menyelidik.

”kamu ingatkah perempuan pedagang keliling yang ke sini minggu lalu? Kita memberinya sebahagian dari makanan kita kepadanya. Dan ia tidak mendapat tempat menginap di kota, ia kembali ke sini dan kita memberinya tempat tidur.”

”Kita menjadi bersempit-sempitan,” jawab iman.
Tapi sang ibu tak kalah menggembirakan anaknya. ”Dan kita sering memberikan sebahagian dari sayuran kita kepada jiran, bukan?” katanya.

”Ibulah yang memberinya. Hanya saya sendiri yang miskin. Saya tidak mempunyai apa-apa untuk saya berikan kepada orang lain.”

Sang ibu tersenyum dan memberikan pandangan teguh pada anaknya.”Oh, anakku kamu pasti punya. Setiap orang mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada orang lain. fikirkanlah hal itu dan kamu akan menemukan sesuatu.”

Tidak lama setelah itu, sang anak pun mendapatkan jawapannya. ”Bu! Saya mempunyai sesuatu untuk saya berikan. Saya dapat memberikan cerita-cerita saya kepada teman-teman saya. Saya dapat memberikan kepada mereka cerita-cerita dongeng yang saya dengar dan baca di sekolah.”

”Tentu! iman pintar bercerita. Ayah kamu juga. Setiap orang senang mendengar cerita.”
“Saya akan memberikan cerita kepada mereka, sekarang ini juga!”

Dialog antara ibu dan anak itu, telah meneguhkan sebuah kesedaran besar, bahawa setiap kita dapat memberi. Ini lebih dari sekadar sebuah kesedaran sosial. Tapi kesedaran untuk menjadi lebih bererti lantaran membagi kebahagiaan untuk orang lain.

Akhlak tentang kesedaran terhadap kehidupan orang lain, dimiliki oleh qudwah yang tidak ada bandingnya, yakni Rasulullah saw. Utusan Allah itu bahkan disebut sebagai “orang yang tidak takut miskin kerana memberi”.

Dialah yang menanamkan prinsip menolong orang lain untuk menolong diri sendiri. Perhatikanlah bagaimana sabdanya, “Allah swt selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya.” Atau, sabdanya yang lain, “Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada saudaranya, maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat.”

Itu adalah prinsip memberi dan menerima yang ditanamkan Rasulullah saw. Memberi kepada sesama dan hanya bertujuan untuk menerima dari Allah swt. Sehingga pada praktiknya, prinsip itu berubah menjadi memberi dan memberi, give and give. Sebab penerimaan itu tidak datang dari manusia tapi dari Allah swt.

Mengajak untuk mengerti, memberi bantuan kepada orang lain, menolong atau memberikan jasa, mengeluarkan infaq dan sedekah, sering memunculkan pertanyaan, ”Bagaimana saya dapat membantu orang lain? Saya sendiri dalam keadaan kurang dan memerlukan.” Sementara Rasulullah saw menanamkan nilai bersedekah ini, justeru pada saat seseorang sulit mengeluarkannya.

Suatu hari datang seorang lelaki kepada Rasulullah saw dan bertanya, ”Ya Rasulullah, sedekah apa yang paling besar pahalanya?” Rasulullah saw mengatakan, ”Engkau bersedekah sedangkan engkau sedang dalam keadaan sehat, sangat memerlukan, takut miskin, dan mempunyai keinginan menjadi kaya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menjelaskan bahawa dalam situasi sesorang bertanya, ”Apa yang dapat saya bantu, kerana saya juga dalam keadaan memerlukan” tadi itulah, pahala sedekah. Semakin seseorang berada pada posisi antara memuaskan keinginan dirinya terhadap apa yang akan disedekahkan, semakin tinggi nilai sedekahnya jika benar-benar dilakukan. Tentu saja kesedaran memberi kepada orang lain, tidak selalu berupa benda, harta, wang, atau bantuan yang memiliki nilai. Tapi dapat berupa fikiran, waktu, idea-idea, fizik, atau apapun yang dapat kita beri dan bermanfaat.

Sekarang, kita layak bertanya pada diri sendiri, apa yang akan kita berikan untuk orang lain? Ingat, setiap kita punya sesuatu yang dapat kita berikan kepada orang lain. Fikirkanlah baik-baik apa sesuatu itu. Nescaya kita akan menemukannya.

PANDANGAN MATA

Pandangan Mata Selalu Menipu
Pandangan Akal Selalu Tersalah
Pandang Nafsu Selalu Melulu
Pandang Hati Itu Yang Hakiki
Kalau Hati Itu Bersih

Hati Kalau Terlalu Bersih
Pikirannya Akan Menembus Hijab
Hati Jika Sudah Bersih
Firasatnya Tepat Karena Allah
Tapi Hati Bila Dikotori
Bisikannya Bukan Lagi Kebenaran

Hati Tempat Jatuhnya Pandangan Allah
Jasad Lahir Tumpuan Manusia

Utamakanlah Pandangan Allah
Daripada Pandangan Manusia