Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.Demi waktu,Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.( QS. Al-Ashr )

Sabtu, 17 September 2011

Untukmu yang tak kenal lelah

0 komentar

Sahabat Rohis-Tulisan ini sengaja saya buat karena banyak teman-teman yang meminta saya menulis tentang ke istiqomahan, ataupun konsultasi teman-teman dari zine yg saya buat baik via facebook ataupun via sms(afwan untuk kawan-kawan yang belum dibalas pertanyaanya)semoga denga tulisan ini dapat menjawab pertanyaan kawan-kawan dan menjadi bahan bakar untuk terus berjalan dan memancangkan azzam untuk terus menuju garis finis. Berbicara tentang ke



Istiqomahan, mungkin cukup sulit bagi saya. Karena saya juga pernah merasa ingin berhenti dari jalan(dakwah) ini, terlebih ketika keraguan dan kejenuhan teramat sangat, saya bahkan pernah bertanya kepada senior saya “apakah diperbolehkan kecewa dijalan dakwah ini?” dan jawabanya...... ,eits tapi tunggu dulu, nggak seru klo kita bahas dipembukaan. seperti makan aja lebih enak klo urut makannya. makanan pembuka, isi dan pencuci mulut. Sepakat?


Baiklah mari kta bahas mengapa kita melangkah? Tidak sedikit hambatan yang akan kita lalui dalam jalan dakwah ini. Dan tidak sedikit saudara kita yang terjatuh ditengah jalan dan enggan untuk kembali bangkit lagi. Mungkin juga karena terlalu focus kepada luka-lukanya, akhirnya lupa bahwa garis finish masih jauh dan waktu sudah hampir habis. Kawan, dakwah ini seharusnya berhenti kita genggam sampai kita digaris finish, sepakat? Dan garis finish itu adalah cita-cita kita bersama, sepakat? yaitu mati dengan khusnul khotimah, sepakat?(hayo klo pertanyaan ini gk spakat juga saya nggak nanggung lho) Tapi diantara semua kesepakatan kita yang tadi, berapa orang yang mampu menjalankannya? dan membuktikannya?hm...



Saya sempat kecewa terhadap beberapa senior saya yang hengkang atau istirahat dari pekerjaan-pekerjaan dakwah. Padahal dahulu saat saya baru melangakh dijalan dakwah ini saya sempat haru nan kagum akan taujih mereka dengan suara lantang, ataupun kata-kata mereka yang sampai saat ini masih terngiang ditelinga saya “akhii...jika antum terjatuh karena mengejar akhirat niscaya Allah akan mengembalikan semngat mu, tapi jika antum terjatuh karena dunia ingatlah Allah masih mempunyai pekerja-pekerja dakwah yang lain. Pilihan ada di Antum, dakwah bagaikan kereta, hanya 2pilhannya apakah kita mau masuk kereta yang ujung-ujungnya Islam pasti menang, atau gk naik kereta yang ujung-ujungnya islam juga menang” . Tapi kini saya paham apa maksudnya, trima kasih kaka-kaka ku, trima kasih saudara-saudara ku. Dengan kepergian kalian, telah menyadarkan ku. Bahwa aku tidak bisa bersantai-santai dalam mengurusi dakwah ini.


Terima kasih untuk mengajarkan aku bahwa kekecewaan terhadap dakwah adalah kekecewaan tak berdasar karena dakwah bukanlah objek kekecewaan, kalian telah menampakan kepada ku bagaimana karakteristik jalan dakwah “jalannya panjang, orangnya sedikit, ujiannya banyak”. Trima kasih dengan kata-kata kalian “ane kan punya kehidupan lain selain dakwah” itu sekali lagi menyadarkan ku bahwa jalan ini memang pilihan, bukan? bahwa dakwah itu menyeru bukan memaksa apalagi menilai. terima kasih telah memberikan untaian hikmah, bahkan disitrahatnya kalian dari jalan ini.



Saya do’a kan pekerjaan anda, pernikahan dan seluruh urusan dunia anda sukses karena Allah, Amiin. Dan para istiqomah dalam dakwah ini terus ditolong dan diuji oleh Allah terus, baik dengan kesulitan maupun dengan kemudahan, Amiin. Lho...kok nggak adil sih? bukannya tulisan ini tentang keistiqomahan ya? kok dari tadi isi bagus-bagusnya justru untuk orang-orang yang meninggalkan dakwah. Hm...kita sepakat bukan kita ingin bertemu Allah dalam finish line hidup kita?

baik mereka yang istiqomah mau pun tidak, pertanyaannya dalam bentuk apakah kita bertemu Allah? Apakah dengan pekerjaan yang menyibukan kita?pernikahan yang melemahkan dakwah kita, Zauji au dakwati au suami (duh bahasanya campur aduk gini, tapi artinya dakwah ku atau suami ku/istri ku)?. Tidak salah jika hidup ini kita juga mencari dunia bahkan Umar bin Khatab pernah menendang pemuda yang kerjanya hanya zikir dimasjid, tidak salah jika aktivis dakwah juga menikah toh kita juga diwajibkan membentuk keluarga yang mampu mencetak generasi-generasi islam nan gemilang, ttapi yang perlu dagir bawahi adalah itu semua hanyalah sarana, bukan tujuan apagi sampai jadi prioritas utama yang dikejar-kejar “duniawi au dakwati”.



Suatu hari saya sedang online sambil mengerjakan zine edisi berikutnya, seperti biasa secara otomatis YM dikomputer terbuka otomatis. Sesaat kemudia ada seorang pemabaca zine yg juga sekarang jd sahabat saya(akhwat)chat dengan saya. dia bertanya tentang suatu statemen yang ia pernah dengar “menikah itu pelumas dakwah”. Dia bilang bahwa dirinya meraguka pernyataan itu. karena sahabat baiknya yang dulu aktivis dakwah, yang teguh menjaga kehormatannya, pakainya yang syar’i, dan terkenal sebagai akhwat yang lurus, justru berubah total setelah dia menikah. Teman saya bertanya “klo begini bagaimana?” tidak banyak yang saya katakan kepadanya(terlebih karena saya belum merasakan, tuk kawan-kawan yang konsul tentang masalah yang satu ini afwan y jawabannya kurang meyakinkan. tapi saya berusaha bertanya dengan kk saya yg sudah menikah terlebih dengan kk kandung saya yang sebentar lagi mau menikah. jadi I.Allah jawaban saya dapat dipertanggung jawab dan valid. ok).

“Tapi initi permasalahannya adalah bukanlah dinikahnya, melainkan faktor-faktor besar dibaliknya yang menyebabkan demikian”jawab saya.(tapi disini saya tidak membahas tentang itu, mungkin lain kali, klo dah banyak yang mendesak buat nulis, he). Sama halnya dengan dunia, klo dahulu ada sahabat Rasululloh yang saat sholat slalu pertama pulangnya, ternyata setelah ditanya, ternyata saung yang ia gunakan harus bergantian dengan istrinya. Sampai akhirnya ia menta dido’akan oleh Rasululloh agar diberi harta. Beberapa tahun kemudian akhirnya do’a Rasululloh terkabul. namun disinilah inti masalahnya, ternyata bukan makin rajin sholatnya malah sama saja, karena ia sibuk mengurusi hartanya.

Kalo dulu ada salaba, sekarang banyak salaba-salaba lainnya, Semoga ita bukan termasuk didalamnya. Amiin.

LALU KEMANA KITA HARUS MELANGKAH? DALAM BENTUK APA YANG KITA HARAPKAN KETIKA BERTEMU ALLAH.

Review sedikit kawan, masih ingat kata-kata ini “. Dan para istiqomah dalam dakwah ini terus ditolong dan diuji oleh Allah terus, baik dengan kesulitan maupun dengan kemudahan.” kenapa demikian, ya karena kita ingin dan harus bertemu dengan Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya bukan? sudahkah kita merasakan sakitnya bertarbiah, sakitnya berubah...

“aktivis dakwah bukanlah robot bukan pula manusia yang merobot, tiba-tiba menjadi kaku tanpa rasa, sensitivitas, humanis.

tapi mereka menyikapinya dalam bentk yang lain. Bukan karena keterpakasaan. Melainkan karena jalan ini yang menempa mereka tuk seperti itu. Dengan luka-luka yang meneteskan darah, kelak akan menjadi saksi niat ikhlas kita. Luka itu kelak akan bercerita betapa sakitanya berapa kalinya kita jatuh tersungkur, terjatuh terhantam badai, namun kita berusaha bangkit lagi dengan sisa tenaga kita. Mungkin kita masih bisa bangkita kembali, atau mungkin hanya bisa merangkak, atau bahkan merayap dengan merayap dengan kaki yang terseret-seret. Mengenaskan kah?menyedihkan kah bagi kalian ternyata hasil dakwah kita hanya seperti itu? tapi...besabaralah ‘pertolongan Allah itu amat dekat’ itu semua akan menjadi cerita yanga amat indah diAkhirat, dan kita menemui-Nya dengan bentuk yang seindah-indahnya, bahkan mungkin saling berpelukan sambil menangis bahagia”



Terlalu idealis kah saya?(he..semoga tidak...terlebih saya sering melihat orang yang idealis lah yang lebih sering bertahan)

“STAND STILL AND STRAGGLE WITH AND”

Untuk mu yang tak kenal lelah, yang terus berusaha dan berkata yang tak sebatas retorika-retorika tak berimplimentasi, yang tak bungkam akan ke oputinisan orang-orang yang memanfaatkan dan hidup didakwah ini. yang mencoba menebar ribuan mimpi. bukan sekedar mimpi namun mimpi besar “sebuah kebangkitan ummat, dan kemenangan dakwah”

http://www.sahabatrohis.web.id/2011/09/untukmu-yang-tak-kenal-lelah.html

PANDANGAN MATA

Pandangan Mata Selalu Menipu
Pandangan Akal Selalu Tersalah
Pandang Nafsu Selalu Melulu
Pandang Hati Itu Yang Hakiki
Kalau Hati Itu Bersih

Hati Kalau Terlalu Bersih
Pikirannya Akan Menembus Hijab
Hati Jika Sudah Bersih
Firasatnya Tepat Karena Allah
Tapi Hati Bila Dikotori
Bisikannya Bukan Lagi Kebenaran

Hati Tempat Jatuhnya Pandangan Allah
Jasad Lahir Tumpuan Manusia

Utamakanlah Pandangan Allah
Daripada Pandangan Manusia